Powered by Blogger.
"SAMPAIKANLAH WALAU SATU AYAT"
RSS

Tuesday, March 8, 2011

Pendidikan Pada Masa KHilafah (bandingkan dengan masa sekarang)

1. Pusat pendidikan.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, negara islam meliputi seluruh zajirah arab, pendidikan berpusat di kota Madinah, pendidikan pada masa khulafaurasidin negara islam pertambah luas dengan pesat, pada tahun 17 H = 635 M negara islam telah sampai di Damsik, 17 H = 638 M meliputi seluruh Syria (Syam) dan Irak, 21 H = 641 M sampai Persia, 56 H = 675 M sampai ke Samarkan, 20 H = 640 M sampai ke Mesir dan meluas ke Magrib (Marokko), 93 H = 711 M telah sampai ke Spanyol.

Perluasan negara Islam itu bukanlah perluasan dengan meroboh dan menghancurkan, bahkan perluasan dengan mengatur, diikuti oleh ulama dan guru-guru Agama yang turut bersama-sama tentara Islam.

Dengan demikian agama Islam tersebar seluruh negara Islam yang luas itu, dipeluk oleh penduduk dengan segala suka hati, bukan dengan paksaan atau dengan kekerasan.

Pusat pendidikan bukan di Madinah saja, bahkan tersebar pula di kota-kota besar sebagai berikut :

1. Di kota Makkah dan Madinah (Hijaz)

2. Di kota Basrah dan Kufah (Irak)

3. Di kota Damsyik dan Palestina (Syam)

4. Di kota Fistat (Mesir)

Itulah pusat pendidikan Islam yang tersebar pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Bani Umayyah.

a. Madrasah Makkah

Guru yang pertama mengajarkan Al-quran dan perkara halal dan haram dalam islam adalah Muaz bin jabal. Pada masalah khalifah Abdul malik bin Marwan bin Abdullah bin Abas pergi ke Mekah, ia mengajarkan tafsir fiqih dan sastra di Masjidil

haram , beliaulah yang membangun madrasah makkah kemudian beliau digantikan

oleh murid-muridnya (tabi’in) yaitu :

1. Mujanid bin jabar

2. Alhak bin abu rabbah

3. Thawus bin kaisan

b. Madrasah Madinah

Madrasah Madinah lebih termasyhur dan lebih dalam ilmunya, karena disanalah tempat khalifah : Abu Bakar Sidiq, Umar dan Usman, disana banyak tinggal sahabat-sahabat Nabi SAW. Ulama yang termasyhur di Madinah ialah :

1. Umar bin khatab

2. Ali bin abi thalib

3. Zaid bin tsabit (ahli qiraat dan fiqiha(faraid)

4. Abdullah bin umar bin khatab (ahli hadis)

5. Setelah ulama ulama itu wafat kemudian di gantikan oleh murid-muridnya (tabi’in).

c. Madrasah Basroh

Ulama yang termashur yaitu Abu musa al-asyar (ahli fiqih dan hadis serta ahli quran) dan Anas bin Malik (lebih masyhur dalam ilmu hadits). Madrasah basrah melahirkan Alhasan Basyri, ulama besar berbudi tinggi shalih serta fasih lidahnya dan berani mengemukakan pendapat. Selain itu beliau juga ahli pidato dan kisah ahli fiqir serta tasawuf. Beliau wafat tahun 10 H = 728 M.

d. Madrasah Kuffah

Ulama sahabat yang tinggal di Kufah adalah Ali bin Abi thalib. Pekerjaannya di Iraq sebagai social politik dan peperangan. Sedangkan Abdullah bin Mas’ud ahli tafsir dan fiqih serta meriwayatkan hadits – hadits Nabi SAW. Mengajarkan Alquran dan ilmu agama, Umar bin Khattab Mengutus beliau ke Kuffah untuk menjadi guru. Madrasah Ibnu Mas’ud melahirkan enam ulama besar yaitu Alqamah, Al aswad, Masruq, Ubaidah, Al harits bin Qais dan Amr bin Shurabbin.

d. Madrasah Damsyik

Umar bin Khattab mengirim tiga orang guru ke Damsyik. Mereka mendirikan madrasah di sana yang mengajarkan Alquran dan ilmu agama, ketiga ulama tersebut adalah Mu’as bin jabal, Ubaidah dan Abu Darda’ di Damsyik. Kemudian mereka digantikan murid-muridnya yaitu Abu Idris Al khailany, Makhul Ad Damsyik, Umar bin Abdul aziz dan Raja’ bin Haiwah. Yang kemudian Abdurrahman Al Auzai’y yang sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu Hanifah yang menjadi Imam di sana. Madzhabnya menyebar sampai ke Maghrib,namun lenyap karena pengaruh madzhab Syafi’i dan Maliki.

e. Madrasah Fistat (Mesir)

Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula mendirikan madrasah di Mesir ialah Abdullah bin Amr bin Al-‘As, yaitu di Fistat (Mesir lama). Ia ahli hadits dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja menghafal hadist-hadits yang di dengarnya dari Nabi SAW. Melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau hilaf meriwayatkan hadits-hadits itu kepada murid-muridnya. Oleh sebab itu banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan hadits-hadits dari padanya.

Kemudian termasyhur di Madrasah Mesir sesudah sahabat, Yazid bin Abu Habib An-Nuby. Ia yang mula-mula menyiarkan ilmu fiqih dan apa-apa yang halal dan haram dalam agama Islam. Sedang sebelum itu mereka banyak membicarakan soal-soal fitnah. Selain dari Yazid termasyhur pula Abdullah bin Abu Ja’far bin Rabi’ah.

Imam Safi’i berkata : “Al-Lais lebih ahli dalam Ilmu fiqhi dari Malik, tetapi murid-muridnya tidak menegakkannya.” Al-Lais mempunyai Madzhab sendiri, sejajar dengan mazhab Maliki yang diikuti oleh penduduk Mesir. Tetapi madzhabnya itu lenyap seperti madzhab Al-Auza’i di Syam.

Setelah ulama-ulama sahabat meninggal, lalu digantikan oleh murid-muridnya, ulama tabi’in, kemudian digantikan ulama-ulama, tabi’in-tabi’in dan begitulah seterusnya sampai kepada kita sekarang.

2. Tingkat pelajaran dan ilmu-ilmu yang diajarkan.

Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca/menghafal Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke Mesjid. Pelajaran di Mesjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya ulama yang dalam ilmunya dan masyhur ke’aliman dan kesalehannya.

Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang, baik di Kuttab atau di Mesjid pada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri oleh pelajar bersama-sama.

Ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu :

1. Belajar membaca dan menulis

2. Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya.

3. Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara berwudu’ sembahyang, puasa dan sebagainya

Pada masa khalifah Umar bin Khattab beliau instruksikan kepada penduduk-penduduk kota, supaya diajarkan kepada anak-anak.

1. Berenang

2. Mengendarai kuda

3. Memanah

4. Membaca dan menghafal syair-syair mudah dan peri-bahasa.

Dengan demikian mulai masuk dalam pengajaran rendah gerak badan dan membaca syair-syair mudah, serta peribahasa. Sedangkan sebelum itu hanya membaca Al-Qur’an saja.

Demikian kira-kira rencana pembelajaran kuttab pada masa khalifah Umar sampai akhir masa Umayah.

Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari :

1. Al-Qur’an dan tafsirnya

2. Hadits dan mengumpulkannya

3. Fiqhi (tasyri’)

Ilmu-ilmu duniawiyah dan filsafat belumlah ada dalam rencana pengajaran pada masa itu. Karena ulama-ulama masa itu adalah ulama-ulama agama. Pada masa itu kebudayaan yunani dan romawi telah tersebar di Mesir, Syam dan Irak. Tetapi semuanya itu diam, tak bergerak dan tunduk di bawah kekuasaan pergerakan agama Islam yang maha dahsyat.

3. Ulama- ulama ( ahli ilmu-ilmu agama islam)

3.1. Ulama-ulama ahli tafsir

Ulama ulama sahabat ahli tafsir yang termasyur di antaranya yaitu :

1. Ali bin Abi thalib,

2. Abdullah bin Abbas

3. Abdullah bin Mas’ud,

4. Ubaiyyah bin Ka’b.

Kemudian diikuti oleh murid-muridnya ulama – ulama thabi’in yaitu: Mujahid, Attha’ bin Abu Rabbah (murid-murid Ibnu Abbas). Pada masa thabiin tafsir Alquran bertambah luas dengan masuknya israiliat dan nasraniat, karena orang-orang yahudi dan nasrani memeluk agama islam.

Pada masa tabi’in tafsir Al-Qur’an bertambah luas dengan memasukkan Israiliyat dan Nasraniyat, karena banyak orang Yahudi dan Nasrani memeluk agama Islam. Diantara mereka yang termasyhur :

1. Ka’bul Akhbar

2. Wahab bin Munabbih

3. Abdullah bin Salam

4. Ibnu Juraij

3.2. Ulama-ulama hadits

Kitab satu-satunya adalah alquran sedangkan hadits-hadits belum di bukukan tapi hanya diriwayatkan dari mulut ke mulut sebagian ada yang mencatatkan hadits yang dipelajari. Ulama – ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadits-hadits ialah Abu Hurairah, Aisyah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, Anas bin Malik dan Umar bin Khattab.

Ulama ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadits-hadits ialah :

1. Abu Hurairah (5374 hadits)

2. ‘Aisyah (2210 hadits)

3. Abdullah bin Umar (+ 2210 hadits)

4. Abdullah bin Abbas (+ 1500 hadits)

5. Jabir bin Abdullah (+ 1500 hadits)

6. Anas bin Malik (+ 2210 hadits)

3.3. Ulama-ulama ahli fiqih

Ulama – ulama sahabat ahli fiqih tersebut yaitu :

1. Abu Bakar,

2. Umar bin Khattab,

3. Utsman bin Affan,

4. Ali bin Abi Thalib,

5. Zaid bin Tsabit,

6. Abdullah bin Abbas.

Mereka adalah ahli ijtihad dan berani mengeluarkan pendapat. Bila tidak ada nas dari kitab dan sunnah

4. Pendidikan islam pada masa khalifah Abu Bakar as Shiddiq

Sebagai khalifah pertama Abu Bakar As Shiddiq menghadapi masalah yang sangat serius, yang harus diselesaikan dengan cara yang cerdas dan pasti. Kesulitan yang dihadapi adalah orang-orang murtad, mengaku dirinya sebagai nabi serta para pendukung dan kaum yang tidak mau membayar zakat. Sebab-sebab terjadinya hal ini setelah Rasulullah saw meninggal diantaranya :

Ajaran belum dipahami benar Ø Rasa kesukaan yang mendalam yang jauh sebelumnya telah diberantas oleh rasulullahØ Kesalahan dan penyimpangan penafsiran dan pemahaman ayat-ayat alquran.

Selain menghadapi kaum pemberontak juga didorong oleh rasa kewajiban melaksanakan amanat Rasulullah saw maka Abu Bakar as Shiddiq memastikan memberangkatkan pasukan ke Syiria yang telah dipersiapkan sesaat sebelum Nabi wafat. Meskipun pemberangkatan pasukan tersebut mendapat kritikan yang cukup keras dari para sahabat mengingat pada waktu itu masih belum mengizinkan karena masih dalam keadaan berkabung tetapi tindakan Abu Bakar tersebut menimbulkan kejutan bagi lawan-lawannya.

5. Pendidikan pada masa khalifah Umar bin Khattab.

Semangat berdakwah dan pendidikan yang berada di daerah – daerah baru menunjukkan kekuatan yang sangat tinggi. Pemahaman agama baik yang menyangkut dasar – dasar pokok ilmu maupun mengenai ibadah dan muamalah telah mulai dirintis. Usaha mengumpulkan hadits makin meningkat meskipun masih bersifat riwayat, Umar bin Khattab melarang para sahabat yang lebih dekat kepada Rasulullah dan yang paling berpengaruh meninggalkan Madinah.

Madinah adalah gudangnya ulama seperti Umar bin Khattab sendiri ahli dalam hukum pemerintahan, memiliki keberanian dan kecakapan dalam melakukan ijtihad. Sebelum lahirnya agama islam di negeri arab telah ada semacam sekolah rendah yang mengajarkan menulis dan membaca yang terdiri dari dua jenis yaitu hanya mengajarkan menulis dan membaca dan mengajarkan alquran dan pokok ajaran islam.

Perluasan ajaran islam ke luar jazirah arab banyak menimbulkan persoalan terutama masalah pembauran hidup dan kehidupan secara menyeluruh, bahasa, pergaulan, kebudayaan dan agama. Tiap kali tentara muslim menduduki daerah baru disitulah muncul masalah bahasa sebagai alat perhubungan. Pendidikan bagi orang-orang sebelumnya beragama kristiani terutama Syiria memerlukan metode yang lebih baik. Yang mampu membersihkan sisa-sisa alam fikiran kristennya sebelum lahir ke dunia, dunia kristiani telah lebih dahulu menghadapi masalah tentang ketuhanan. Masalah ini sering terjadi perbedaan yang menegangkan dalam gereja dan bahkan menimbulkan partumpahan darah.

6. Pendidikan islam pada masa Utsman bin Affan.

Kegiatan pendidikan masih berjalan seperti yang telah dilakukan khalifah-khalifah sebelumnya. Hasil pendidikan yang telah dilaksanakan oleh para sahabat Rasul menghasilkan ulama thabi’in. Pada masa pemerintahan khalifah Umar para sahabat tidak diperkenankan meninggalkan Madinah, namun pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan larangan itu tidak berlaku lagi.

Dari segi politik tindakan Utsman merugikan dirinya sendiri, sedangkan jika dilihat dari segi pendidikan menguntungkan di daerah mereka membersihkan pelajaran ilmu-ilmu yang mereka miliki yang telah diterima dari Rasulullah. Tugas mendidik dan mengajar umat di serahkan pada umat itu sendiri artinya itu pemerintah mengangkat dan mengkaji guru-guru pendidik sedangkan pendidik itu hanya untuk mengharapkan ridho Allah semata. Adapun objek pendidik pada masa itu terdiri dari :

1. Orang dewasa dan tua yang baru masuk islam

2. Anak anak baik orang tuanya yang lama atau baru masuk islam

3. Orang tua dan dewasa yang telah lama memeluk agama islam

4. Orang yang mengkhusukkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan mendalam


7. Pendidikan di masa khalifah Ali bin Abi Thalib

Setelah wafatnya usman untuk sementara ali mendapatkan dukungan masyarakat dan terpilih menjadi khalifah, di katakana untuk sementara karena tidak lama kemudian mereka telah dibaiatnya itu terbalik menentangnya, selama pemerintahan ali beliau tidak pernah mendapatkan ke tentraman dan kedamaian.

Perpisahan persatuan kesatuan umat islam sejak terbentuknya khulafah usman bin affan makin lama makin nampak jalas sejak itu perbedaan faham yang menyinggung dasar pokok agama mulai tumbuh, dasar pendidikan islam yang tadinya bermotifkan aqidah tauhid sejak saat itu tumbuh di atas dasar motifasi ambisi, kekuasaan dan kekuatan. Akan tetapi sebagian besar masih ada yang tetap berpegang teguh pada prinsip prinsip pokok dan kemurnian yang telah di ajarkan oleh Rasullalah saw.

Pada saat itu kegiatan pendidikan mendapatkan gangguan dan hambatan terhambat oleh perang saudara, meskipun tidak berhenti sama sekali ali sendiri pada saat tidak sempat memikirkan masalah karena seluruh perhatiannya di tumpukan pada masalah yang lebih penting dan mendesak yang akan memberikan jaminan keamanan, ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan yang mempersatukan kembali paduan umat.

1 comment:

kimong said...

masuk HTI aja bang